INAnews.co.id, Jakarta – Dunia saat ini mengalami sebuah perubahan besar. Hal ini ditandai dengan kehadiran economic superpowers baru, yang berdampak pada diversifikasi dan restrukturisasi ekonomi global, serta berkembangnya sektor-sektor ekonomi baru.

Perubahan yang dialami dunia ini tentunya berdampak pada perubahan di dunia industri, yang bertransformasi dengan kecepatan yang tidak terduga, dan mengubah seluruh lanskap di tempat kerja.

Di tengah kondisi demikian, Indonesia diperkirakan akan menghadapai bonus demografi pada tahun 2030, dimana usia produktif bisa mencapai 64% dari total jumlah penduduk sekitar 297 juta jiwa.

Bonus demografi tersebut bisa berdampak positif, tetapi bisa juga menjadi sebuah tantangan. Apalagi dengan kondisi mismatch antara kebutuhan industri dan kompetensi yang difasiliatasi sekolah yang masih terjadi saat ini. Selain itu, kehadiran revolusi industri 4.0 turut mengubah kebutuhan dan dinamika tenaga kerja.

Demi menghadapi tantangan-tantangan tersebut, dibutuhkan kerja sama yang erat antara institusi pemerintah dan juga dunia usaha dan industri dalam mempersiapkan tenaga kerja Indonesia dalam meningkatkan daya saing demi menghadapi tantangan-tantangan tersebut, salah satunya melalui pendidikan vokasi berbasis kompetensi yang berorientasi industri.


Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Pekan Vokasi Industri di Jakarta, Rabu (1/12/2021).

“Menyadari bahwa Kemenperin tidak bisa berjalan sendiri, maka kami menjalin kerja sama yang melibatkan seluruh komponen, terutama sektor industri sendiri, dengan harapan dapat mencetak SDM unggul yang berdaya saing secara global,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Pekan Vokasi Industri di Jakarta, Rabu (1/12/2021).

“Kami juga terus belajar dari negara-negara sahabat yang berhasil mengelola pendidikan vokasi yang baik untuk mengetahui best practice pengembangan SDM industri,” jelas Menperin.

Kegiatan Pekan Vokasi Industri ini akan berlangsung pada 1-7 Desember 2021. Agenda kegiatan hasil kolaborasi BPSDMI Kemenperin dengan Kementerian Koordinator Perekonomian, Pemerintah Republik Federal Jerman, dan Kadin Indonesia tersebut meliputi pelatihan di tempat kerja, Workshop Cost and Benefit Analysis, Coaching Clinic Super Tax Deduction, Webinar, serta penandatanganan MOU dengan mitra industri dan mitra luar negeri.

Pada kesempatan yang sama Adi Mahfudz Muhadji selaku Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dalam sambutannya menyampaikan, “faktor utama: institusi vokasi yang siap bekerja sama dengan mitra dunia usaha dan dunia industri untuk menciptakan ekosistem pendidikan vokasi berorientasi industri, para pengajar dan pelatih tempat kerja yang familiar dengan proses industri, serta penyesuaian desain kurikulum, penyampaian materinya, serta proses evaluasinya.”

“Oleh karena itu kami mengapresiasi kontribusi Kemenperin dalam menciptakan lebih dari 600 orang Pelatih Tempat Kerja yang memahami betul pentingnya ketiga faktor tersebut dan siap berkontribusi dalam proses pendidikan vokasi berbasis kompetensi dan berorientasi industri. Terutama, pelatihan Pelatih Tempat Kerja tersebut juga diikiti dengan pelatihan lanjutan seperti Pelatihan Cost Benefit Analysis, dan juga sosialisasi insentif Super Tax Deduction, yang diharapkan dapat berperan dalam mengubah mindset mengenai pentingnya pendidikan vokasi berbasis industri ini.” Tambah Adi Mahfudz

Labih lanjut Adi Mahfudz menyampaikan bahwa Perubahan mindset ini adalah kunci dalam menciptakan ekosistem pendidikan vokasi berbasis kompetensi dan berorientasi industri, karena hanya dengan sudut pandang bahwa pendidikan vokasi dapat membawa keuntungan yang tangible maupun intangible bagi dunia usaha dan dunia industri, maka perusahaan mau berinvestasi sepenuhnya dalam menciptakan ekosistem pendidikan vokasi.

“Untuk KADIN Indonesia siap mendukung penyelenggaraan kegiatan-kegiatan fasilitasi ini, baik dalam level nasional maupun daerah, salah satunya melalui Program Perbaikan Kemitraan (Propermi) yang penyelenggaraannya akan didukung oleh KADIN Daerah” tambahnya.

Tentunya kami juga menyimpan harapan besar terhadap Komite Nasional Vokasi yang sedang dalam proses pembentukan saat ini. Kami berharap keterlibatan KADIN Indonesia di dalamnya dapat memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan regulasi dan panduan yang berorientasi industri.

Sementara itu Kepala BPSDMI Kemenperin, Arus Gunawan menyampaikan, selama ini pihaknya telah berkolaborasi baik dengan institusi dari dalam maupun luar negeri seperti dari Swiss, Jerman, Singapura, Australia, Taiwan, dan Jerman. “Dari program kerja sama tersebut, BPSDMI telah bermitra dengan setidaknya 5.678 industri dan badan usaha dalam memenuhi kebutuhan industri,” papar Arus.

Dalam rangkaian agenda tersebut, BPSDMI juga melakukan penandatanganan MoU dengan AOTS Jepang tentang Training Program for Infrastructure Human Resources Development of Manufacturing Industry in Indonesia dan penandatanganan MoU dengan PT Kawan Lama Sejahtera tentang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Penandatanganan kedua MoU tersebut menunjukan upaya sinergi dan komitmen Kemenperin dengan pemangku kepentingan, baik dalam dan luar negeri untuk mengakselarasi pemenuhan SDM Industri Indonesia.

Konselor Kerja Sama Pembangunan Kedutaan Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia Sabine Schmidt menyatakan, kerja sama antara Indonesia-Jerman untuk bidang pendidikan dan pelatihan vokasi telah terjalin dengan sangat baik sejak beberapa tahun yang lalu. “Kami merasa terhormat menjadi mitra pembangunan yang penting bagi Indonesia di bidang ini dan berkomitmen untuk terus mendukung Indonesia dalam upaya memperkuat dan merevitalisasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi, serta mendorong partisipasi aktif industri dalam pelaksanaan Technical and Vocational Education and Training (TVET) sehari-hari,” ujarnya.

Pada akhir sesi Adi Mahfudz Muhadji selaku Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Ketenagakerjaan berharap semoga acara “Industrial Vocational Week” ini dapat menjaring animo industri dalam memanfaatkan fasilitasi Kemenperin yang dapat dijadikan acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan SDM industri ke depannya, Pungkasnya. ♞TimMedia